Strategi Menulis di Jurnal Bereputasi Internasional
Tanpa sengaja,
saya menghadiri suatu acara berdasarkan informasi yang didapat dari grup media
sosial Litbang KMP UNY 2016. Awalnya, saya fikir acara ini untuk mahasiswa
secara umum. Saya hanya mendaftar ke panitia acara melalui media sosial bersama
teman satu bidang dan panitia mengatakan silahkan datang, gratis. Tanpa
berfikir panjang, saya langsung hadir dengan terlebih dahulu berkeliling
mengitari salah satu fakultas di UIN Sunan Kalijaga untuk mencari ruangan
acara. Kemudian saya menulis presensi dan mendapatkan snack. Ketika memasuki
ruangan, terlihat bapak-bapak dan ibu-ibu usia paruh baya, memakai batik dan
kerudung yang ternyata mereka adalah dosen serta pejabat Fakultas Adabiyah UIN
Suka Yogyakarta. Tidak tampak wajah seorang mahasiswa disana. Kami hanya bisa
tersenyum dan merenung, “kita gak salah kan ikut acara ini, ah sudahlah ikuti
saja, bersyukur, semoga nantinya kita bisa menjadi seperti mereka”.
Tulisan ini merupakan hasil notulensi dari acara tersebut. Bermodalkan smartphone, saya mencoba mengetik kata
demi kata yang disampaikan oleh seorang
pemateri yang luar biasa, Bapak Ismail Suardi Sekte, Dosen STAIN Sorong yang memaparkan
materi tentang strategi menulis di jurnal bereputasi internasional dari pukul
09.00-12.00 di Fakultas Adabiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tanggal 04
Februari 2016.
Banyak
hal yang beliau sampaikan mengenai jurnal bereputasi internasional. Hal pertama
yang harus dilakukan oleh seorang peneliti adalah membuat profil google scholar yang merupakan salah satu website pengindex artikel ilmiah yang
berada di bawah Google. Google
scholar dapat dilihat pada http://scholar.google.com, Kemudian tulisan yang kita tulis harus
memiliki nilai kebermanfaatan bagi orang lain. Setelah itu publikasi laporan penelitian
dengan memperhatikan H-Indeks.
Berbicara
tentang jurnal internasional, tentunya kita tidak asing dengan kata Scopus. Apa
itu Scopus? Scopus
merupakan website yang memiliki database abstrak dan sitasi terbesar yang
datanya bersumber dari literature-literatur yang dievaluasi oleh peer. Scopus
juga memiliki tools untuk mencari, menganalisa, dan menampilkan hasil-hasil
riset berdasarkan bidang-bidang tertentu.
Untuk mendaftarkan
jurnal ilmiah pada scopus langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Masuk
ke alamat berikut: http://suggestor.step.scopus.com/suggestTitle.cfm
2. Isi
formulir Scopus Title Suggestion (Lampiran X), klik Submit
3. Setelah
formulir diproses, jurnal akan dihubungi via email untuk mengirimkan 3 (tiga)
contoh artikel dalam bahasa Inggris
4. Jika
jurnal telah memenuhi syarat, maka jurnal akan dikirimi email pemberitahuan
bahwa jurnal tersebut telah masuk ke dalam Scopus
Title List dan diperbolehkan untuk mencantumkan logo Scopus di web jurnal
yang bersangkutan.
Untuk jurnal terindeks scopus, seorang dosen
bisa melakukan beberapa strategi untuk terus menghasilkan karya. Diantaranya,
memperbaiki tulisan mahasiswa, mentranslate, kemudian menulis nama dosen sebagai nama
kedua atau ketiga setelah nama mahasiswa. Nama dosen jangan dibuat pada bagian pertama, karena nama pertama biasanya adalah drafter dan pihak
scopus akan menghubungi pihak yang namanya dibagian akhir.
Ada sedikit
guyonan untuk para dosen ketika bertemu dengan koleganya. Seorang dosen jangan
bertanya kamu naik kendaraan apa? Honda jazz atau Innova? Tapi bertanya lah Berapa H-indeks? berapa
paper di scopus? Riset apa sementara yang dikerjakan? Karena
sejatinya tugas seorang dosen adalah Tri Dharma Perguruan Tinggi + Publikasi.
Track Record penelitian Indonesia dapat dicari pada Research performance in
South East Asia dan kita bisa membandingkan dengan negara tetangga kita.
Setiap
mahasiswa di Malaysia wajib menuliskan perguruan tinggi malaysia sebagai attachment atau aviliasi (lembaga yang menaungi) nya sedangkan di
Indonesia, Riset
belum memberikan sumbangsih yang besar untuk negara kita. Kemudian, hal yang
menjadi masalah adalah rendahnya budaya menulis. Sehingga, ukuran dosen belum sampai pada
produktivitas ilmiah yang mengakibatkan karya nya belum ditemukan dimana-mana.
Tidak ada di Gramedia, Google Scholar, jurnal cendikia atau dimana saja hingga
akhirnya menjadi dosen batu nisan yang dikenang bahwa dulunya ia pernah
menjadi dosen.
Lantas, apa yang
harus kita lakukan? Bagaimana caranya menulis? Gampang, Carilah Fresh editor dan temukan isu apa yang lagi trend. Rajinlah mencari di google
trend untuk mengetahui hal menarik dalam bidang keilmuan kita dan perbincangkan dalam konferensi sesuai dengan
bidang ilmu yang ditekuni. Apabila artikel ditolak, maka revisilah artikel yang sudah ditolak tersebut dan
kirim kembali ke jurnal yang lain. Biasanya, reviewer jurnal jumlahnya sedikit sehingga jangan sampai artikel yang
belum kita revisi kembali ke reviewer yang sama. Sebagai contoh, kita meneliti tentang
gaya pengajaran bahasa arab pada pesantren tradisional dan pesantren modern gontor, agar lebih
menarik maka harus ditambah aspek madrasah di daerah minoritas muslim maka judul tersebut
lebih menarik perhatian. Satu riset dapat dimuat pada beberapa jurnal
terakreditasi dengan mengubah sedikit variabel. Di STAIN Sorong,
semua dosen telah tembus jurnal terindeks Scopus dan para dosen berlomba-lomba
untuk menulis. Beliau mengatakan “Jangan jadi ilmuwan pohon pisang, yang hanya berbuah
sekali kemudian selesai, Namun jadilah ilmuwan pohon nangka yang terus berbuah dan wangi”. Niatkan menulis untuk menyumbang sesuatu untuk
ilmu pengetahuan.
Terdapat tiga pengecekan yang harus
dilakukan dalam jurnal internasional terindeks scopus, yaitu: Check the title list, search in scopus
dan Ask! When in doubt. Periksa daftar
judul jurnal dan carilah informasi sebanyak-banyaknya jika ragu. STAIN mengakses scopus melalui Universiti Kebangsaaan
Malaysia dengan bantuan kerja sama dan MOU pemberian user id untuk mengakses jurnal. Karena biaya berlangganan
jurnal scopus sangat mahal (mencapai angka 1 Milyar Rupiah), Maka solusinya
agar STAIN Sorong dapat mengakses jurnal adalah dengan kerjasama dan MOU.
Strategi kedua-melengkapi komposisi. Gunakan komposisi
IMRAD+CAR.
Introduction
Method
Result and analysis
Discussion
Conclusion
Acknowledgement
Reference
Langkah-langkah
tersebut harus ditulis secara berurutan. Sebaiknya, kita tidak menulis jurnal sendirian, kita harus menulis dengan teman agar wawasan
lebih berkembang. Dosen dan
mahasiswa juga bisa melakukan kolaborasi. Draft awal berasal mahasiswa kemudian
diperbaiki oleh dosen sehingga dosen menjadi penulis kedua atau ketiga. Pemateri
mengatakan bahwa, kita harus bisa membedakan antara data dan referensi. Data bisa diambil
dari satu
abad yang lalu
namun tidak dijadikan referensi, sedangkan referensi harus diambil dari buku yang terbit 5 tahun terakhir.
Aplikasi Mendeley dan aplikasi Endnote di word
dapat membantu
menulis rujukan di
daftar pustaka sehingga kita tidak perlu menulis ulang satu persatu judul buku, tahun
terbit, penulis, penerbit beserta aturan penulisan dalam daftar pustaka.
Mencantumkan referensi yang kita gunakan merupakan hal yang sangat harus
diperhatikan, lupa mencantumkan referensi sama artinya dengan menjadi pencuri
ide orang lain. Ada sebuah cerita,
seorang dosen yang gelar guru besarnya harus ditangguhkan selama satu tahun
dikarenakan beliau lupa mencantumkan di dalam daftar pustaka artikelnya, satu
dari referensi buku yang dia gunakan.
Penggunaan
aplikasi mendeley, zootero dan endnote akan mempermudah dalam menuliskan
referensi yang kita gunakan. Untuk lebih jelas mengenai penggunaannya,
teman-teman bisa mengakses link berikut http://www.mendeley.com
Untuk
meningkatkan akreditasi jurnal/kampus/jurusan, saat ini Dikti/Diktis tidak lagi
melihat berapa banyak karya/jurnal yang diterbitkan/dicetak tapi melihat berapa
banyak orang dalam satu hari mengakses jurnal yang telah dipublikasikan
tersebut, namun yang harus diperhatikan bahwa bukan IP address yang satu.
Misalnya, 50 mahasiswa mengakses jurnal kampus namun menggunakan wifi kampus,
maka akan terhitung yang berkunjung ke jurnal itu hanya satu IP address.
Sehingga, mahasiswa harus menggunakan HP masing-masing sehingga akan terhitung
IP address yang berbeda satu sama lain dan akan terhitung berapa orang yang telah
mengunjungi jurnal tersebut.
Pemaparan materi
dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Terdapat beberapa pertanyaan yang diajukan
oleh peserta diantaranya:
Jawaban:
Berdasarkan keputusan pada rapim (rapat
pimpinan), dosen
yg tidak melakukan publikasi tidak dibayar sertifikasinya maka dosen berlomba-lomba
untuk menulis, karena selain sertifikasi, dosen juga diberikan dana hibah 25 juta rupiah serta dana umroh untuk 25 orang secara bergiliran. Lembaga juga
memberikan izin untuk tidak mengajar selama enam
bulan namun
diberikan tugas meneliti dan gaji bulanan tetap berjalan sebagaiman biasanya
sehingga hal tersebut dapat meningkatkan motivasi dosen untuk meneliti.
2. Jurnal erat kaitannya dengan masalah plagiasi. Terkadang, satu jurnal dengan jurnal
yang lain memiliki standar penulisan yang berbeda sehingga menimbulkan plagiasi. Walaupun mengutip disertakan
referensi, namun ketika cara mengutipnya salah, tetap saja ada yang salah, tetap ditolak dan tidak
dipublikasikan. Bagaimana seharusnya yang dilakukan seorang peneliti untuk
terhindar dari hal tersebut?
Jawaban:
Plagiat artinya mencuri, mengambil hak
orang lain, sehingga kita tidak boleh memberikan penghargaan terhadap diri sendiri kalau memang
pendapat itu bukan milik kita. Kita harus memperhatikan betul standar penulisan
yang diinginkan oleh jurnal tersebut. Jangan sampai kita mempublikasi tanpa
memperhatikan penulisan. Kita juga tidak boleh plagiat terhadap diri sendiri. kalau tulisan kita
sudah terpublikasi pada suatu ISBN, maka kita tidak boleh menerbitkan tulisan yang sama
pada jurnal yang lain. Karena sesungguhnya Tuhan juga telah mengajarkan kita
tidak melakukan plagiasi. Dalam kitab suci Alqur'an, tuhan berfirman tidak semuanya memakai kata Aku, tapi ia
menggunakan kata kami, seperti kisah nabi musa, kisah nabi Ibrahim dan kisah nabi lainnya. Sehingga, kita perlu
mengkaji dan mengambil pelajaran dari hal tersebut untuk tidak melakukan
plagiasi kepada sesama makhluk.
3. Bagaimana
caranya mencari
trend jika ternyata ilmu kita belum sampai? Dalam artian begini, pada bidang kajian terjemahan, saya bingung
karena belum
satu pun yang bisa terlahir untuk menjadi jurnal, lantas bagaimana caranya
menemukan trend sehingga bisa menjadi jurnal? Kemudian pertanyaan kedua, Apa bedanya result analysis dan discussion?
Jawaban:
Jika kita melihat
google terjemahan, hal yang menjadi trend adalah kesalahan penerjemahan google. Saya pernah iseng mencari terjemahan
kota malang dan
yang muncul adalah unlucky city
sehingga hal tersebut menarik untuk dijadikan satu penelitian dan ada
kebermanfaatan untuk google sehingga kemungkinan jurnal itu akan tembus. Dan
salah satu tips agar tembus jurnal internasional terindeks scopus adalah
memperhatikan kajian pustaka. Pastikan bahwa buku yang dipakai pada kajian
pustaka terdaftar pada google book.
Jawaban untuk
pertanyaan kedua, tentang bagaimana cara membedakan result and analysis dan discussion, result
hasil penelitian yang dilakukan. Sedangkan discussion, menjawab pertanyaan
penelitian sehingga tidak ada lagi redaksi yang menuliskan penelitian ini dilakukan di.kecamatan
ini. Sehingga, sifatnya lebih diskusi dari hasil dan apabila pertanyaan penelitian ada
tiga poin, maka discussion harus
membahas tiga poin juga dan untuk mengetahui lebih lanjut, silahkan lihat
contoh jurnal yang sudah dipublikasi.
Jawaban:
Pembeda antara
jurnal nasional dan internasional salah satunya adalah dari segi penyunting.
Scopus, terbit dua kali dalam satu tahun dan penyunting beasal dari lintas
benua. Sehingga cakupan ilmu pada jurnal internasional lebih luas daripada
jurnal nasional yang hanya berasal dari satu negara.
Step atau langkah menuju Scopus bisa kita
mulai dengan berdiskusi bersama 10 orang yang masing-masing sudah membawa
paper. Undang kolega yang sudah biasa menulis jurnal internasional dan aktif
menulis tiga tahun terakhir serta pastikan penyunting tulisan sudah pernah
tembus jurnal internasional terindeks Scopus minimal 3 bulan terakhir.
Step kedua, mulai mengkampanyekan
ada jurnal adabiyah pada fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, buat di google scholar dan pastikan 15 menit
pertama sebelum belajar seluruh mahasiswa membuka laman web jurnal adabiyah
agar jumlah pengunjung meningkat dan akreditasi yang diberikan dikti bias meningkat.
Step ketiga,
peneliti diberi insentif publikasi, semua paper di submit ke prosiding. Publish di scopus dan membayar 75-100 USD. Lakukan
kerjasama dengan banyak pihak untuk membiayai publikasi jurnal tersebut.
Sebagai contoh, di Sorong, setiap tahunnya pemateri mempublikasi tulisan
minimal 32 jurnal pada jurnal terindeks Scopus dan bahkan penelitian S1 pun
sudah ada yang tembus jurnal Scopus karena adanya kolaborasi dengan dosen dan
perbaikan paper sehingga seluruh
pihak saling bekerja sama.
5. Apakah STAIN Sorong membuat tim khusus untuk tembus jurnal internasional?
Jawaban:
Tidak perlu tim
khusus.hanya saja butuh beberapa orang untuk mengirim sms mana artikelnya, sudah tanggal
berapa ini, mana perbaikan artikel nya? sehingga, ada tim kecil untuk mengurusi banyak orang. Selain itu, karena STAIN Sorong banyak
melakukan kerjasama
dengan Malaysia, maka usahakan lobbying dengan pihak Air Asia untuk
mendapatkan tiket yang murah.
6. Bagaimana cara mendeteksi
jurnal di dunia maya, apakah jurnal tersebut abal-abal atau sungguhan? Karena saya dapat email yang pengurusnya dari Brunei
dan Jogja, saya
disuruh menulis artikel sastra dan setelah saya tulis, mereka meminta saya memperbaiki lagi. Kemudian, mereka meminta uang 3 juta rupiah untuk
dipublikasikan.
Pertanyaan kedua,
Pak Ismail bekerjasama
dengan siapa saja, sehingga banyak sekali yang bisa dilakukan?
STAIN Sorong
membuat program “Wakaf Tunai Pendidikan” dengan menyebarkan di 170 mesjid,
sehingga setiap jum’at nya akan memperoleh dana lima puluh juta rupiah yang
bisa digunakan untuk membiayai mahasiswa yang berhasil menulis dan pastinya
adanya kerjasama terlebih dahulu dengan Majelis Ulama Indonesia Sorong. Karena
Sorong adalah daerah minoritas muslim, maka terdapat awareness atau kesadaran
dari berbagai pihak muslim untuk kemashlahatan ummat.
STAIN Sorong
juga mengundang
para
orang tua mahasiswa untuk hadir dalam suatu
pertemuan dan memberi sumbangan berupa bantuan dana untuk mendanai mahasiswa lain yang kurang
mampu namun berprestasi dalam hal penulisan..STAIN Sorong mendapatkan bantuan dana
dari pihak Malaysia sebesar Rp 3,5 Milyar Rupiah karena kerjasama penelitian
yang dipublikasikan melalui user id Universiti Kebangsaan Malaysia. STAIN
Sorong juga pernah mendapatkan bantuan dan dari Oxford University dan Korea sebesar 1 Milyar Rupiah.
Jawaban:
Pada dunia maya, memang banyak sekali jurnal predator atau
jurnal abal-abal yang tidak sungguhan. Jurnal yang bereputasi adalah jurnal
yang melakukan penyuntingan
dan pembayaran sehingga, kita megetahui dengan pasti si penyunting tulisan
kita. Kita juga bisa bernegosiasi dengan pihak univesitas untuk melakukan pembebasan pembayaran. Sehingga, biaya
publikasi tidak dibebankan pada penulis melainkan pada universitas. Silakan cek pak.dikti.go.id untuk
melihat penilaian angka kredit pada jurnal sehingga jurnal tersebut bisa
menaikkan akreditasi prodi dan universitas. Cek juga pedoman penulisan jurnal
terindeks Scopus dan D. Wade.
STAIN Sorong dibantu oleh banyak pihak melalui 180 MOU dengan 180 negara
di dunia. Kami bekerjasama dengan banyak perguruan tinggi salah satunya perguruan tinggi di Istambul University. STAIN Sorong
menduduki rangking 5 repositori terbaik se-Indonesia. Pemateri mengatakan bahwa kami
tidak begitu mempedulikan bahwa adanya pihak yang lebih diuntungkan dan
dirugikan melalui kolaborasi dan kerjasama. Kami menganggap kedua pihak sama-sama
diuntungkan. Hal yang penting adalah adanya win
win solution untuk masalah
pembiayaan dan semua bentuk kerjasama semata-mata dilakukan untuk kemajuan ilmu
pengetahuan.
7. Bagaimana
pengalaman pak Ismail sebagai dosen STAIN Sorong dan juga sebagai tim asesor
dalam hal
pengelolaan jurnal dan reputasi nya seperti apa?
Jawaban:
STAIN
Sorong pada awal pembebasan gedungnya sekitar 10 tahun yang lalu diberikan
Kementrian Agama hanya bermodalkan satu buah kursi. Kami terus berupaya melakukan
kerjasama dengan semua pihak hingga sampai saat ini kami bisa menunjukkan bahwa
kami tidak kalah dengan UIN dikota-kota besar dalam hal penulisan dan
publikasi. Untuk urusan riset, STAIN Sorong menempati urutan ketiga
setelah UIN Jakarta dan UIN Malang. Walaupun tenaga dosen
hanya sedikit sekitar 25
orang, tetapi
STAIN Sorong punya kawan banyak dan ada tim yang selalu follow up serta tenaga
volunteer dari mahasiwa. Tugas akhir semester yang dibebankan kepada mahasiswa di Soong
tidak lagi dalam bentuk makalah melainkan dalam bentuk artikel. Sehingga
artikel tersebut bisa dimuat di Jurnal. Di daerah Sorong, telah dibuat arisan
artikel dengan perguruan tinggi lainnya sehingga antar perguruan tinggi dapat
tukar menukar artikel sebagai referensi dan perbandingan ilmu pengetahuan. Mahasiswa dimotivasi untuk menulis pada
jurnal OOJS (Object Oriented JavaScript)
dan beberapa mahasiswa mendapatkan hibah dari UI dalam bentuk pelatihan
penulisan. Mitra- mitra universitas juga banyak, salah satunya Universitas
Airlangga yang membantu dalam hal penulisan. Pengelolaan jurnal tidak dapat
dilakukan sendirian harus melibatkan banyak pihak. STAIN Sorong tidak hanya mendorong dosen dan
mahasiswa untuk publikasi, tetapi juga menyediakan fasilitas.
Menristek
dikti merencanakan untuk mempermudah laporan keuangan dana hibah yang diberikan
dikti untuk penelitian. Dikti akan lebih menitikberatkan pada outputnya berupa
laporan penelitian. Terkadang, hal yang membuat rumit adalah administrasi
keuangan berupa pemasukan dan pengeluaran. Contoh kecilnya untuk makan di rumah
makan Padang harus meminta notanya, membeli alat tulis harus pakai nota, dan
lain sebagainya. Sehingga, peneliti diharapkan fokus pada kualitas laporan
penelitian untuk meningkatkan akreditasi bukan fokus pada laporan keuangan.
Harapannya,
Perguruan tinggi di Indonesia menambah speed
atau kecepatan dalan hal penulisan dan publikasi dan pilihlah rektor yang bisa
menghubungkan ke kememtrian agar mempermudah penyediaan fasilitas publikasi.
Bangunlah sistem yang baik dan berkualitas. Sehingga, jurnal bisa diindeks oleh
lembaga akreditasi.
Demikianlah
hasil notulensi yang telah saya adopsi dan modifikasi dari acara tersebut,
jadilah cendikia yang terus menggoreskan pena guna mencerdaskan kehidupan
bangsa. semoga bermanfaat.
Informasi yg menarik mm Nindy...makasih
ReplyDeleteInformasi yg menarik mm Nindy...makasih
ReplyDeletemba kalau mau meilhat nilai index-h dosen kita gitu gmna ya tutorialnya
ReplyDeleteInformasinya menarik. Terima kasih..
ReplyDelete