Epistemologi



BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencari kebenaran. Manusia tidak pernah puas dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu mencari dan mencari kebenaran yang sesungguhnya dengan bertanya-tanya untuk mendapatkan jawaban. Namun setiap jawaban-jawaban tersebut juga selalu memuaskan manusia. Ia harus mengujinya dengan metode tertentu untuk mengukur apakah yang dimaksud disini bukanlah kebenaran  yang bersifat semu, tetapi kebenaran yang bersifat ilmiah yaitu kebenaran yang bisa diukur dengan cara-cara ilmiah.
Perkembangan pengetahuan yang semakin pesat pada sekarang ini, tidaklah menjadikan manusia berhenti untuk mencari kebenaran. Justru sebaliknya, semakin menggiatkan manusia untuk terus mencari dan mencari kebenaran yang berlandaskan teori-teori yang sudah ada sebelumnya untuk menguji sesuatu teori baru atau menggugurkan teori sebelumnya. Sehingga manusia sekarang lebih giat lagi melakukan penelitian-penelitian yang bersifat ilmiah untuk mencari solusi dari setiap permasalahan yang dihadapinya. Karena itu bersifat  statis, tidak kaku, artinya ia tidak akan berhenti pada satu titik, tapi akan terus berlangsung seiring dengan waktu manusia dalam memenuhi rasa keingintahuannya terhadap dunianya.




                                                                                                                        `          
BAB II
PEMBAHASAN
A.           Pengertian Epistemologi
Epistemologi pertama kali muncul dan digunakan oleh J.F. Ferrier pada tahun 1854. Istilah epistemologi berasal dari kata yunani episteme yang artinya pengetahuan, dan logos yang artinya ilmu atau teori. Selain itu epistemologi juga disebut sebagai teori pengetahuan dan sering juga dari kita menyebutnya dengan filsafat pengetahuan karena ia membicarakan hal hal yang berkenaan dengan pengetahuan.
Menurut Conny Semiawan dkk (2005:157) epistemologi adalah cabang filasat yang menjelaskan tentang masalah -  masalah filosofis sekitar teori pengetahuan dan memfokuskan pada makna pengetahuan yang dihubungkan dengan konsep, sumber dan kriteria pengetahuan.
Menurut Poedjiadi (2001:13) epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang pengetahuan, adapun yang dibahas antara lain adalah asal mula, bentuk, validitas dan metodologi yang bersama sama membentuk pengetahuan manusia.
Secara umum, Harold H. Titus (1984;187-188) menyatakan bahwa epistemologi mengkaji tiga persoalan pokok yaitu sebagai berikut :
1)      Apakah sumber – sumber pengetahuan ? dari manakah pengetahuan yang benar itu datang dan bagaimana kita mengetahuinya
2)      Apakah sifat dasar pengetahuan ? apa ada alam yang benar benar diluar pikiran kita ? kalau ada apakah kita dapat mengetahuinya
3)      Apakah pengetahuan kita itu benar (valid) ? bagaimanakah kita dapat membedakan yang benar dari yang salah
B.            Metode dalam Teori Pengetahuan
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Akan tetapi tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat syarat tertentu. Syarat syarat tertentu yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan dengan metode ilmiah. Pengertian dari metode ilmiah sendiri adalah proses penemuan pengetahuan umum dalam mengkomunikasikan penemuan ilmiah kepada masyarakat ilmuwan. Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui akal, indera dan lain – lain dan mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan diantaranya adalah sebagai berikut
1)      Metode Induktif
Induksi yaitu suatu metode yang menyampaikan pernyataan – pernyataan hasil observasi dan disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum. Yang bertolak dari pernyataan – pernyataan tunggal sampai pada pernyataan – pernyataan universal. Dalam induksi setelah diperoleh pengetahuan maka akan dipergunakan ke hal hal lain
2)      Metode Deduktif
Deduksi adalah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data data empiris diolah lebih lanjut dalam suatu system pernyataan yang runtut. Hal hal yang harus ada dalam metode deduktif  ialah adanya perbandingan logis antara kesimpulan – kesimpulan itu sendiri
3)      Metode Positivisme
Metode ini dikeluarkan oleh august comte (1798-1857). Metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui , yang faktual yang positif. Ia mengesampingkan segala uraian di luar yang ada sebagai fakta. Apa yang diketahui secara positif adalah segala yang tampak dan segala gejala. Dengan demikian metode ini dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan dibatasi kepada bidang gejala gejala saja.

4)      Metode Kontemplatif
Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indra dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda beda, harusnya dikembangkan satu kemampuan akal disebut dengan intuisi.
5)      Metode Dialektis
Metode ini diajarkan oleh Socrates, sedangkan Plato mengartikannya sebagai diskusi logika. Kini dialektika berarti tahap logika, yang mengajarkan kaidah kaidah dan metode metode penuturan juga analisis sistematis tentang ide – ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan.

C.           Syarat Epistemologi
Suatu pengetahuan itu termasuk ilmu atau pengetahuan ilmiah apabila pengetahuan itu dan cara memperolehnya telah memenuhi syarat tertentu. Syarat itu adalah dasar pembenaran, sifat sistematis dan sifat intersubjektif. Persyaratan tersebut menurut Conny R. Semiwan (2005:99) adalah sebagai berikut
a.       Dasar pembenaran menuntut pengaturan kerja ilmiah yang diarahkan pada perolehan derajat kepastian sebesar mungkin. Persyaratan harus dirasakan atas pemahaman apriori yang juga didasarkan atas hasil kajian empiris
b.      Semantic dan sistematis masing masing menunjuk pada susunan pengetahuan yang didasarkan pada penyelidikan (research) ilmiah yang keterhubungannya merupakan suatu kebulatan melalui komparasi dan generalisasi secara teratur.
c.       Sifat intersubjektif ilmu atau pengetahuan tidak dirasakan atas intuisi dan sifat subjektif orang seorang, namun harus ada kesepakatan dan pengakuan akan kadar kebenaran dari ilmu itu didalam setiap bagian dan didalam hubungan menyeluruh ilmu tersebut sehingga tercapai intersubjektivitas



D.           Cara Memperoleh Pengetahuan
Pengetahuan manusia itu ada 3 macam yaitu pengetahuan sains, pengetahuan filsafat dan pengetahuan mistik. Pengetahuan ini diperoleh manusia melalui berbagai cara dan dengan menggunakan berbagai alat. Melalui epistemologi juga diharapkan terjawab dari pertanyaan tentang “Bagaimana”. Misalnya bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan ? bagaimana proses yang memungkinkan digalinya pengetahuan yang berupa ilmu ? bagaimana prosedurnya ? bagaimana cara kita mengetahui bila kita mempunyai pengetahuan ? bagaimana cara kita membedakan antara pengetahuan dengan pendapat ? Pengetahuan itu diperoleh manusia melalui berbagai cara dan menggunakan berbagai alat. Menurut Ahmad (2005;24-25) ada beberapa aliran yang mengkaji tentang cara memperoleh pengetahuan tersebut antara lain aliran empiris, rasionalisme, positivisme, intuisionisme
1)      Aliran Empiris
Kata empiris ini berasal dari kata Yunani “empeirikos” yang berarti pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalaman pengalamannya. Pengalaman disini adalah pengalaman indrawi.
2)      Aliran Rasionalisme
Aliran rasionalisme mengajarkan bahwa melalui akal manusia dapat memperoleh pengetahuan. Aliran rasionalisme menegaskan bahwa untuk sampainya manusia kepada kebenaran adalah semata mata dengan akalnya. Aliran rasionalisme juga tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan, pengetahuan indera diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja. Tokoh yang paling terkenal dalam aliran ini adalah Rene Descartes.



3)      Aliran Positivisme
Aliran ini lahir sebagai penyeimbang pertentangan yang terjadi antara aliran empirisme dan aliran rasionalisme. Aliran positive ini lahir berusaha menyempurnakan aliran empirisme dan rasionalisme dengan cara memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran ukuran.
4)      Aliran Intuisionisme
Tokoh dari aliran intuisionisme ini adalah henri bergson. Ia berkeyakinan bahwa akal dan indera memiliki keterbatasan. Karena menurutnya objek objek yang kita tangkap itu adalah objek  yang selalu berubah. Jadi pengetahuan yang telah dimiliki manusia tidak pernah tetap. Dengan menyadari keterbatasan indera dan akal seperti tersebut diatas bergson mengembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia yaitu intuisi.





BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka perlu disimpulkan beberapa hal :
Ilmu pengetahuan adalah ilmu yang mencoba menjawab segala permasalahan atau gejala-gejala alam dan lingkungan atau masyarakat dengan menggunakan metode-metode ilmiah
Ilmu pengetahuan bersifat relatif, artinya ilmu pengetahuan itu tidak kaku sehingga ia akan terus berkembang seiring dengan kerja dan usaha manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan kebenaran dan pemanfaatan hidup yang lebih berarti. Juga teori-teori yang telah dibangun oleh para ilmuwan tidak akan bertahan sepanjang masa. ia akan dibantah oleh teori-teori baru yang lebih mendekati kepada kebenaran dan efesiensi kerja ilmiah.
  1. Empirisme aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalaman pengalaman indrawi
  2. Rasionalisme mengajarkan bahwa melalui akal manusia dapat memperoleh pengetahuan
  3. Positivisme aliran ini lahir berusaha menyempurnakan aliran empirisme dan rasionalisme dengan cara memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran ukuran
  4. Intuisionisme bahwa akal dan indera memiliki keterbatasan. Karena menurutnya objek objek yang kita tangkap itu adalah objek  yang selalu berubah. Jadi pengetahuan yang telah dimiliki manusia tidak pernah tetap. Dengan menyadari keterbatasan indera dan akal





DAFTAR PUSTAKA

Drs. A. Susanto, M.Pd. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara.
Suriasumantri, Jujun S.2010. Filsafat Ilmu : Sebuah pengantar Populer. Jakarta :               Pustaka Sinar Harapan



Comments

Popular posts from this blog

TWO EVENT CONCEPT

ADVERBIAL CLAUSE

Adjective Clause