Berlomba-Lombalah Dalam Kebaikan
Jika urusanmu ingin dimudahkan maka mudahkanlah urusan orang lain. Pesan itu yang tertangkap dari hasil silaturrahim Keluarga Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta dengan bapak pembina Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam, disingkat Yaketunis. Yayasan
Kesejahteraan Tunanetra Islam didirikan berdasarkan Firman Allah SWT
dalam Al-Qur’an Surat ‘Abasa ayat 3 dan 4 yang menjelaskan bahwa
tunanetra memiliki potensi untuk diberikan pendidikan dan pengajaran
dibidang mental, spiritual, agama dan ketrampilan, kecerdasan serta ilmu
pengetahuan sehingga perlu didirikan lembaga atau yayasan sebagai
sarana atau wadah untuk melaksanakan dan mengamalkan ayat tersebut.
Berdirinya
Yaketunis merupakan ide dari seorang tunanetra bernama Supardi
Abdusomat. Pada saat itu beliau berkunjung ke Perpustakaan Islam di Jl.
Mangkubumi No. 38 menemui Bapak H. Moch. Solichin Wakil Kepala
Perpustakaan Islam. Kedatangan beliau bermaksud sharing kepada Bapak. H.
Moch. Solichin mengenai bagaimana caranya mengangkat harkat martabat
warga tunanetra. Hasil diskusi tersebut membuahkan hasil terbentuknya Yayasan yang pada awalnya dibangun dengan gedek bambu dan terus mengalami kemajuan yang pesat hingga terbetuk bangunan kokoh beralamat di Jl. Parangtritis No. 46 Yogyakarta. Yayasan ini terdiri atas siswa yag berasal dari dalam dan luar kota Yogyakarta. Siswa yang tercatat pada jenjang SD, SMP, MTs hingga SMA adalah 82 orang. Yayasan ini telah menghasilkan lulusan yang berhasil melanjutkan pendidikannya ke berbagai perguruan tinggi negeri di Yogyakarta seperti UGM, UNY dan UIN Sunan Kalijaga.
Guru-guru yang mengajar di yayasan ini diantaranya berasal dari program studi pendidikan luar biasa (PLB) Universitas Negeri Yogyakarta, namun ada juga guru tunanetra yang berjumlah 8 orang. siswa-siswi diajari orientasi mobilitas untuk memupuk kemandirian dalam beraktivitas serta menguatkan mental untuk menerima keadaan. Selain proses belajar mengajar, siswa diberi keterampilan khusus seperti memijat dan membuat telur asin untuk menjadi bekal hidup ketika bergabung ke masyarakat. Yayasan ini juga menerapkan sistem pesantren dimana siswa wajib mengikuti kegiatan kultum dan menjadi penceramaah secara bergantian setiap harinya, mengaji bersama-sama dan mengikuti ekstrakulikuler drum band yang dipelajari secara otodidak.
Comments
Post a Comment