Pengukuran Intelegensi dalam Konteks Belajar

Tulisan ini disarikan dari materi pelatihan sertifikasi tes psikologi bagi konselor pendidikan yang saya ikuti di Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Kali ini, kita akan mencoba membahas tentang apa itu inteligensi, sejarah inteligensi dan bagaimana cara menghitung IQ seseorang.

Agaknya semua orang dewasa tahu apa inteligensi itu. salah satu definisi inteligensi yang banyak dianut orang ialah definisi yang dikemukakan oleh David Wechsler (1966). Wechsler mendefinisikan inteligensi sebagai kapasitas keseluruhan dari individu untuk bertindak dengan bertujuan, berpikir secara nasional, dan menangani lingkungannya secara efektif.

Konsep-konsep baru mengenai inteligensi muncul pada awal abad ke dua puluh, Ketika Alfred Binet mencoba membantu sekolah-sekolah di Paris untuk mengidentifikasi anak-anak yang kiranya akan dapat atau tidak dapat memanfaatkan pendidikan yang biasa diberikan di kelas-kelas (Binet, 1976). Bersama dengan Theopile Simon, Ia mengembangkan skala-skala inteligensi dan menerbitkan tes inteligensi yang pertama. Penerbitan ini memang tampaknya amat sederhana bila diukur dengan standar masa kini, namun penerbitan ini menjadi terobosan yang paling penting dalam sejarah psikologi pendidikan, suatu terobosan yang menjadikan Binet memperoleh sebutan "Bapak Pengetesan Intelegensi". Walaupun mereka menggunakan item-item tes yang berbeda-beda dalam skala mereka, namun semua item itu diasumsikan mengungkap kemampuan umum. Tersirat dalam tes itu bahwa inteligensi sebagai suatu kemampuan mental tunggal yang sifatnya umum dan melandasi berbagai fungsi yang berbeda-beda. Inteligensi dianggap sebagai suatu kemampuan global.

Inteligensi seseorang menunjukkan kemampuan orang tersebut pada suatu waktu tertentu. kemampuan ini berkembang sejalan dengan usianya. oleh karena itu dengan mengetahui inteligensinya pada suatu saat saja kita tidak dapat mengetahui bagaimana kedudukan relatif orang tersebut bila dibandingkan dengan orang lain, lebih cerdas atau kurang cerdas.

Untuk mengetahui kedudukan relatif seseorang digunakan nilai Intelligence Quotient atau yang lebih dikenal dengan singkatan IQ. Nilai IQ adalah nilai yang menunjukkan kedudukan relatif inteligensi seseorang bila dibandingkan dengan inteligensi rata-rata dari kelompok sebayanya.

Dalam sejarah perkembangan tes inteligensi, IQ mula-mula dikemukakan oleh Lewis M. Terman dari Stanford University pada tahun 1916 dalam kaitannya dengan perevisian tes Binet-Simon menjadi tes Standford-Binet. Pada perhitungan IQ secara tradisional, IQ mula-mula dihitung dengan rumus:
IQ = (MA / CA) x 100. Dalam rumus tersebut, MA ialah singkatan dari "mental age" yakni nilai dari hasil pengetesan yang mencerminkan inteligensi, sedangkan CA ialah singkatan "chronological age" atau "calender age".

Distribusi IQ yang dikemukakan oleh Weschler adalah sebagai berikut:
130  ke atas : Sangat Superior
120-129       : Superior
110-119       : Normal Cerdas
90-109         : Normal
80-89           : Normal Kurang Cerdas
70-79           : Perbatasan
69 ke bawah : Cacat Mental

Pada pelatihan ini kami diajarkan melaksanakan tes inteligensi menggunakan CFIT (Culture Fair Intelligence Test) Skala 3A&3B. Mulai dari mengadministrasikan tes hingga interpretasi. Bagi teman-teman yang ingin berkonsultasi mengenai inteligensi dan melakukan konseling dapat menghubungi saya, Konselor Nindy, melalui email: nindyapristanti@gmail.com

Semoga Bermanfaat.
Malang, 01 Juni 2017 11:30
#Counseling is for All.

Comments

Popular posts from this blog

TWO EVENT CONCEPT

ADVERBIAL CLAUSE

Adjective Clause